Ternyata membangun masjid punya
keutamaan yang besar. Bahkan bila kita membangun bagian kecil saja tetap punya
keutamaan.
Dari Jabir bin ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ
بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid
karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil,
maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Mafhash qathaah dalam hadits
artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di tempat
tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
Ibnu Hajar dalam Al-Fath (1: 545)
menyatakan:
(مَنْ بَنَى مَسْجِدًا)
التَّنْكِير فِيهِ لِلشُّيُوعِ فَيَدْخُلُ فِيهِ الْكَبِير وَالصَّغِير ، وَوَقَعَ
فِي رِوَايَةِ أَنَس عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا
“Maksud dari “siapa yang
membangun masjid” digunakan isim nakirah yang menunjukkan keumuman, sehingga
maksud hadits adalah siapa yang membangun masjid besar maupun kecil. Dalam
riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Tirmidzi yang mendukung yang menyatakan
dengan masjid kecil atau besar.”
Masih melanjutkan penjelasan Ibnu
Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis.
Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur dan menderum yang seukuran itu
dijadikan tempat shalat. Ada riwayat Jabir semakin memperkuat hal ini.
Sebagian ulama lainnya
menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Maksudnya, siapa membangun masjid
dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran
tempat burung bertelur; atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja sama untuk
membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat burung
bertelur; ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Karena bentuk
akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Berarti penjelasan Ibnu Hajar di
atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu sak semen saja atau bahkan
menyumbang satu bata saja, sudah mendapatkan pahala untuk membangun masjid …
masya Allah.
Yang Penting Ikhlas Ketika
Menyumbang
Berapa pun besar sumbangan untuk
masjid harus didasari niatan ikhlas karena Allah. Karena yang dimaksud lillah,
kata Ibnu Hajar adalah ikhlas (karena Allah). (Fath Al-Bari, 1: 545). Jadi,
pahala besar membangun masjid yang disebutkan dalam hadits yang kita kaji bisa
diraih ketika kita ikhlas dalam beramal, bukan untuk cari pujian atau balasan dari
manusia.
Maksud Dibangunkan Bangunan
Semisal di Surga
Hadits tentang keutamaan
membangun masjid juga disebutkan dari hadits Utsman bin Affan. Di masa Utsman
yaitu tahun 30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya
beliau, dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan
pada mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka terlalu
bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
“Siapa yang membangun masjid
karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan Muslim
no. 533).
Kata Imam Nawawi rahimahullah,
maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran:
1. Allah akan membangunkan
semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal
luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu
tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak
pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
2. Keutamaan bangunan yang
diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti
keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih
Muslim, 5: 14)
Masjid Hanya untuk Ajang Pamer
dan Saling Bangga
Yang tercela adalah jika masjid
cuma untuk bermegah-megahan, bukan untuk tujuan ibadah atau berlomba dalam
kebaikan. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لاَ
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ
“Kiamat tidaklah terjadi hingga
manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid.” (HR. Abu Daud no. 449, Ibnu
Majah no. 739, An-Nasa’i no. Ahmad 19: 372. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan
bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perawinya tsiqah. Al-Hafizh
Abu Thahir juga menyimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih).
Itulah kenyataan yang terjadi
saat ini di tengah-tengah kaum muslimin. Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata, “Yang dimaksud hadits adalah saling menyombongkan diri
dengan masjidnya masing-masing. Ada yang nanti berujar, wah masjidku yang
paling tinggi, masjidku yang paling luas atau masjidku yang paling bagus. Itu
semua dilakukan karena riya’ dan sum’ah, yaitu mencari pujian. Itulah kenyataan
yang terjadi pada kaum muslimin saat ini.” (Minhah Al-‘Allam, 2: 495). Itulah
tanda kiamat semakin dekat.
Semoga bermanfaat. Semoga artikel
ini semakin memotivasi kita untuk membangun masjid di dunia, sehingga Allah
menjadikan kita rumah yang indah dan penuh kenikmatan di surga. Wallahu
waliyyut taufiq.
Sumber:
http://rumaysho.com/11599-keutamaan-membangun-masjid-walau-hanya-memberi-satu-bata.html